loading…
Seorang personel Angkatan Udara Prancis berada didekat pesawat tempur Rafale yang terparkir Ke Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (12/8/2022). FOTO/SindoNews
Klaim tersebut pertama kali diumumkan militer Pakistan Ke Senin (6/5), yang menyebut penggunaan sistem rudal permukaan Ke udara HQ-9B buatan China dan jet tempur J-10C Untuk serangan Pada pesawat India, termasuk tiga unit Rafale. Walaupun Pemerintah India membantah klaim itu, pasar saham bereaksi negatif. Saham Dassault turun Untuk €327 menjadi €324 hanya Untuk satu sesi perdagangan.
Rafale merupakan andalan Produk Ekspor Lini Pertahanan Dassault. Ke 2024, perusahaan melaporkan penjualan Pencapaian sebesar €6,2 miliar, Bersama 90% portofolio pesanan berasal Untuk pasar luar negeri. Akan Tetapi, insiden terbaru menimbulkan keraguan Pada keandalan Rafale Untuk Arena intensitas tinggi.
“Insiden ini mengikis persepsi atas Kepentingan tempur Rafale. Pasar sangat bergantung Ke citra, dan satu kegagalan bisa berdampak panjang,” ujar analis Morgan Stanley, Loredana Muharremi dikutip Untuk MarketPulse, Sabtu (10/5).
Baca Juga: India Tak Berdaya! Pakistan Lancarkan Serangan Siber yang Mengakibatkan Pemadaman Listrik Besar-besaran
Ke sisi lain, produsen jet tempur J-10C, Chengdu Aircraft Corporation, justru mencatat kenaikan saham sebesar 18%. Kinerja baik jet buatan China itu Disorot sebagai Kepentingan Untuk persaingan Dunia industri Lini Pertahanan.
Penurunan saham Dassault terjadi Ke Di tingginya volatilitas pasar. Volume perdagangan melonjak menjadi 58.388 saham Ke 7 Mei Menimbulkan Kekhawatiran Untuk 57.327 saham tiga hari Sebelumnya Itu. Penurunan ini juga kontras Bersama Gaya Sebelumnya Itu, Ke mana saham Dassault sempat naik 51% Dari awal 2025, didukung kinerja keuangan yang solid dan Unjuk Rasa buyback saham Ke Maret lalu.
Insiden ini juga Berpotensi Sebagai memengaruhi Perjanjian-Perjanjian besar Dassault, termasuk kesepakatan pengadaan 36 Rafale tambahan Dari India senilai USD9,3 miliar. Ketahanan Rafale Pada rudal modern kini menjadi perhatian Untuk dinamika Politik Global kawasan.
Selain tantangan reputasi, Dassault Berusaha Mengatasi kendala produksi. Pabrik Mutakhir mereka Ke Cergy, yang diresmikan April lalu belum mampu sepenuhnya mengatasi kemacetan rantai pasok, terutama Ke segmen jet Usaha Falcon yang menyumbang sepertiga pendapatan perusahaan.
Baca Juga: Beda Jauh, Ini Perbandingan Biaya Pertempuran Pakistan Bersama India
Bersama target pengiriman 25 Rafale dan 40 Falcon Ke 2025, beban kerja Dassault makin berat. Para analis menilai bahwa kemampuan Dassault memenuhi target tersebut Ke Di ketegangan Politik Global Berencana menjadi penentu arah saham perusahaan Untuk beberapa bulan mendatang. “Kontraktor Lini Pertahanan tidak hanya bertarung Ke pasar, tetapi juga Ke medan Pertempuran persepsi publik,” kata Muharremi.
(nng)
Artikel ini disadur –> Sindonews Indonesia News: 3 Jet Tempur Rafale Ditembak Jatuh Pakistan, Saham Dassault Langsung Jeblok