Karya Karya Seni Tribute to Junk Food Di instalasi tempat tidur mewah berhias renda putih, tengkorak bermateri resin serta patung dan lukisan Di satu lokasi sungguh membangun narasi seloroh parodikal yang unik. Foto-foto: Istimewa
Seniman Syakieb Sungkar melantunkan sebuah teater visual yang tragis Akan Tetapi jenaka, Ke pameran Provoke Jakarta!, Ke bulan Juni 2024. Membawa kita semangat, bermain sang seniman Di imajinasinya tetang hasrat manusia menyantap lezatnya Makanan junk food .
baca juga: Perayaan Seni Vivid Sydney Hadirkan Pameran Karya Seni Cahaya Menakjubkan
Sesudah Itu apresian diajak rebah Ke tempat tidur, ditemani seonggok tengkorak, yang bisa saja simbol kerangka seseorang yang Ke masa hidupnya terjangkit obesitas, Sesudah Itu sakit diabetes dan berakhir menjemput kematian.
Sebuah karya Karya Seni berjuluk Tribute to Junk Food Di instalasi tempat tidur mewah plus renda-renda putih menghias Ke sekeliling, tak lupa tengkorak bermateri resin serta patung dan lukisan Di satu lokasi sungguh membangun narasi seloroh parodikal yang unik.
Instalasi itu mengonstruksi semangat mempermainkan dialog imajiner spasial tentang jasad tengkorak yang telentang tepat Ke Di-Di tempat tidur. Separuh menggelikan, sebab berbaur Ke sisi kanan dan kirinya sosok-sosok gemoy patung yang Bisa Jadi sepertinya diharapkan sebagai “penjaga” Untuk kerangka itu.
Seterusnya ada dua lukisan yang diolah sedemikan rupa mendistorsi warna maupun anatominya yang asli dan familiar kita kenal Ke gerai-gerai Makanan cepat saji terpajang Ke dinding. Jika kita amati, terlihat sebagian tubuh dua patung itu meleleh seolah lilin yang Lagi mulai terbakar. Figur itu tak lain tak bukan, Kolonel Sanders ( KFC ) dan Ronald’s ( McD ).
Play Drive dan Dua Energi Pendorong
Di teoritikus Kearifan Lokal Dunia dan filsuf Jerman, Friedrich Schiller, menimbang Situasi psikis alamiah manusia, Di konteks easi ini adalah perupa Syakieb Sungkar Di semangat bermainnya memberi ruang penjelas. Sejatinya Syakieb Memiliki dua energi pendorong Di menelaah Kejadian Luar Biasa Kearifan Lokal Dunia konsumerisme yang Sesudah Itu dimanifestasikan Di obyek-obyek Ke karyanya.
Yang pertamaform drive, yakni pemahaman tentang kapabilitas intelektual Untuk mendata, mengurai tiap elemen tentang Prototipe-Prototipe secara mate-matis, tentang apa itu kriteria Makanan yang higienis dan kapan Berencana dikonsumsi atau sama sekali dihindari, demikian juga menimbang materi-materi teknis serta meriset Di detail yang Yang Terkait Di Di jenis-jenis Makanan cepat saji.
“Syakieb cukup kerap memakan salad dan gado-gado dan Berusaha menghindari Makanan junk food Untuk menghindari kegemukan, sakit dan kematian yang cepat. Menurutnya, orang memakan junk food itu Sebab adanya kecenderungan Untuk memilih cara hidup yang serba cepat dan praktis. Sambil, Makanan seperti gado-gado dan salad itu memerlukan waktu Di pembuatannya,” ujar kurator pameran yang menjadi mitranya, Anna sungkar.
baca juga: Heboh, Pameran Karya Seni Ini Pintu Masuknya 2 Model Telanjang
Yang Sesudah Itu, kita tak lupa bahwa karya Karya Seni membutuhkan sesuatu yang tak logis, yang Schiller menyebut Prototipe Hingga dua, yakni sense drive, sesuatu yang timbul naluriah Di diri manusia. Syakieb memahami Kejadian Luar Biasa urban secara kritis, tak Berencana mengonsumsi Makanan sembarangan.
Akan Tetapi juga ia tak menampik, yang justru menjadi saksi mengapa orang-orang terpikat kelezatan Makanan cepat saji sebagai emosi yang meletup secara agresif. Syakieb Di Penghayatan intim dirinya, yang Di Situasi Ini ia mengakuinya Ke sebuah diskusi Ke Post Bloc, Jakarta Pusat, Ke ruang pamer.
“Saya merasakan Pada Covid-19 tak banyak bergerak dan keluar Tempattinggal. Masa dua tahun itu membuat saya menyukai mengonsumsi Makanan instan dan merasakan berat badan berlebih, dan ini tanda bahaya. Di sanalah saya terinspirasi membuat karya Karya Seni saya kali ini,” kata Syakieb.
Dua energi pendorong ini Sesudah Itu bersatu – form drive dan sense drive–yang menjadi energi kreatif sebagai disebut play drive Di berkarya, dan Syakieb menemukan ide yang cerlang mengeksekusi karya Tribute to Junk Food. Schiller sangat terang mewejang bahwa manusia tak bisa meraih potensi terbesarnya tanpa dua kolaboratif energi pendorong tersebut.
Maka, meminjam tesis Schiller yang disebut sebagai play drive adalah totalitas Syakieb merasakan dirinya menjadi utuh sebagai manusia, benar-benar merasakan sensasi sepenuhnya Pada ia berkarya Di cara bermain-main.
Sama Di Schiller, apa yang dikerjakan Di perupa Syakieb sejurus pula Di tesis sejarawan dan pengamat kebudayaan Di Belanda, Johan Huizinga Di Homo Ludens atau Manusia yang Bermain, Berkata bahwa sebuah kebermainan bukanlah seremeh sebuah main-main Di ajang suatu permainan.
Sebenarnya, manusia Ke Pada mengonsentrasikan dirinya Di “Kesenangan melucu” Ke sebuah permainan kreatif, taruhlah sebagai bentuk parodi Di Karya Seni kontemporer, ia membentuk greget kekuatan wicara. Sang seniman mentransmisi pesan-pesan yang bisa Karena Itu ujaran tersebut meski bermain-main menjadi serius, mengerucut Ke tema-tema tertentu laiknya kisah separuh konyol Akan Tetapi menggelisahkan secara sosial.
Di Layar Lebar awal abad Hingga-20 Charlie Caplin sampai karya-karya komikal Rowan Atkinson, yang Sesudah Itu tenar Di Mr Bean-nya, kita merasakan ada sasaran kelucuan yang Sesudah Itu membuat Komunitas terhibur, meski menyisakan luka yang tertunda.
Tapi, sang seniman pencipta humor itu mengobatinya tanpa membuat marah siapapun. Charlie Caplin yang memparodikan Adolf Hitler maupun Mr Bean yang mengomedikan Komunitas “borjuis” Inggris, benar-benar sebuah komedi yang membuka borok-borok sosial.
Tragedi, Hasrat Kuasa dan Konsumsi
Karya instalasi milik Syakieb seperti segugus seremoni visual Untuk menggedor kembali makna tentang tragedi Ke dunia modern dan sihir kolektif Cara Hidup. Menjejak ulang ruang-ruang urban yang serba cepat serta peliknya kerangkeng hasrat manusia mengonsumsi benda-benda sebagai sebuah keniscayaan.
Artikel ini disadur –> Sindonews Indonesia News: Spirit Bermain, Tragedi dan Kematian Jenaka