Jakarta –
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah Patogen yang menyebabkan Gangguan COVID-19 (Coronavirus Disease 2019). Nama COVID-19 sendiri merupakan singkatan Di:
- CO = corona
- VI = Patogen
- D = disease (Gangguan)
- 19 = tahun ditemukannya, yaitu 2019.
Awalnya, Patogen ini dikenal sebagai 2019-nCoV (novel coronavirus) dan menjadi penyebab Wabah Dunia Dunia Ke akhir 2019. Ke Mei 2023, Organisasi Keadaan Dunia (WHO) mencabut status darurat Keadaan Dunia (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC). Meski demikian, Patogen ini masih tetap ada dan dapat menimbulkan Tanda mulai Di ringan hingga berat.
Dikutip Di Baylor College of Medicine, SARS-CoV-2 merupakan salah satu Di banyak jenis Patogen Untuk keluarga coronavirus, yang dinamai demikian Lantaran bentuknya yang seperti mahkota (corona) Di dilihat Di mikroskop. Kelompok Patogen ini terdiri Di Patogen-Patogen yang saling berkerabat secara genetik, Akan Tetapi berbeda satu sama lain.
Coronavirus bisa menyebabkan berbagai Gangguan saluran pernapasan Ke manusia,mulai Di yang ringan seperti flu biasa, hingga yang berat. Di Di Itu, beberapa jenis coronavirus juga bisa menginfeksi hewan dan menyebabkan berbagai Gangguan.
1. Coronavirus Sebelumnya Itu yang Pernah Muncul
Untuk dua dekade Sebelumnya 2019, dua jenis coronavirus telah muncul dan menyebabkan Penyakit Menyebar pernapasan serius Ke manusia:
- SARS-CoV – Muncul Ke akhir 2002 Di Provinsi Guangdong, China, menyebabkan Gangguan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome).
- MERS-CoV – Muncul Di Timur Di tahun 2012, menyebabkan MERS (Middle East Respiratory Syndrome).
Berbeda Di SARS-CoV-2, kedua Patogen ini tidak menyebabkan wabah Dunia yang berkepanjangan. Ini Lantaran orang yang terinfeksi SARS atau MERS umumnya hanya menularkan Patogen Sesudah Menunjukkan Tanda. Hal ini memudahkan isolasi dan Upaya Mencegah penularan. Sebagai Gantinya, SARS-CoV-2 dapat menular Justru Di penderitanya belum bergejala, Agar lebih sulit dikendalikan.
2. Asal Usul SARS-CoV-2
Patogen SARS-CoV-2 muncul Ke akhir 2019 Di Wuhan, China. Hingga kini, belum diketahui secara pasti bagaimana manusia pertama kali terinfeksi Patogen ini. Akan Tetapi, semua bukti mengarah Ke asal alami. Patogen ini sangat mirip Di coronavirus yang ditemukan Ke kelelawar.
Kemungkinan besar, Patogen berpindah Di kelelawar Di hewan perantara, lalu menular Di manusia yang berinteraksi Didekat Di hewan tersebut. Patogen hewan umumnya tidak langsung bisa menular antarmanusia, kecuali sudah Merasakan adaptasi tertentu. Proses perpindahan Di hewan Di manusia ini disebut zoonosis, dan juga terjadi Ke Gangguan lain seperti influenza dan HIV.
3. Penularan COVID-19
SARS-CoV-2 sangat mudah menular Di satu orang Di orang lain. Patogen ini menyebar lebih efisien dibandingkan influenza, tapi tidak secepat campak (measles), salah satu Patogen paling menular yang diketahui.
Orang yang terinfeksi Akansegera melepaskan partikel Patogen Melewati mulut dan hidung Di batuk, bersin, berbicara, bernyanyi, atau bernapas berat. Partikel Patogen ini terbawa Untuk tetesan pernapasan besar dan kecil (aerosol). Tetesan besar Akansegera cepat jatuh Di permukaan, sedangkan aerosol bisa bertahan lebih lama Di udara dan menjangkau jarak yang lebih jauh.
Penularan COVID-19 umumnya terjadi Di tetesan pernapasan dihirup atau menempel Ke selaput lendir Di mulut dan hidung orang yang berada Didekat Di penderita (kurang Di 2 meter).
Untuk Situasi tertentu, terutama Di ruangan tertutup Di ventilasi buruk, penularan Melewati aerosol juga bisa terjadi hingga jarak lebih Di 2 meter.
Penularan Melewati permukaan benda yang terkontaminasi juga Bisa Jadi terjadi, walau tidak umum. Jika seseorang menyentuh permukaan yang terkontaminasi lalu menyentuh mulut, hidung, atau mata, ia bisa tertular. Kendati risiko ini rendah, mencuci tangan secara teratur tetap dianjurkan.
Risiko penularan tertinggi terjadi Di tempat yang ramai, tertutup, dan berventilasi buruk, seperti bar, restoran, atau ruangan pertemuan. Risiko Menimbulkan Kekhawatiran Di tidak ada yang menggunakan masker, baik pengidap maupun orang Di sekitarnya.
4. Tanda dan Komplikasi COVID-19
Tanda COVID-19 sangat bervariasi, mulai Di ringan hingga berat. Beberapa Tanda yang umum meliputi:
- Demam dan menggigil
- Batuk
- Sesak napas
- Kelelahan
- Nyeri otot dan tubuh
- Hilang penciuman atau perasa
Tanda biasanya muncul 2-14 hari Sesudah terpapar. Orang Di usia lanjut atau Memiliki Gangguan penyerta (komorbid) seperti diabetes, Gangguan jantung, paru, atau obesitas berisiko lebih tinggi Merasakan komplikasi serius.
Meski kebanyakan orang pulih Untuk beberapa hari, sebagian pasien Merasakan Tanda berkepanjangan yang disebut long COVID. Gejalanya bisa berupa:
- Kelelahan
- Sesak napas
- Brain fog atau kesulitan konsentrasi
- Nyeri kepala
- Gangguan Ke jantung, paru, atau saraf
Justru pasien Di Tanda awal yang ringan pun bisa Merasakan Tanda jangka panjang ini.
5. Klasifikasi dan Struktur Patogen
Patogen Di famili Coronaviridae dibagi menjadi empat kelompok: alfa, beta, gamma, dan delta. Patogen Di kelompok alfa dan beta biasanya menginfeksi mamalia, Sambil Itu gamma dan delta umumnya menyerang burung. Di tujuh jenis coronavirus yang diketahui dapat menginfeksi manusia (semuanya Di kelompok alfa dan beta), empat Di antaranya hanya menyebabkan Penyakit Menyebar saluran pernapasan ringan dan menyumbang 10-30 persen Di Perkara Pidana Hukum flu biasa. Tiga lainnya, SARS-CoV, MERS-CoV, dan SARS-CoV-2 , dapat menyebabkan Gangguan berat dan termasuk Untuk kelompok beta.
Patogen diklasifikasikan berdasarkan berbagai karakteristik, seperti jenis materi genetik yang dibawanya (DNA atau RNA) dan apakah Patogen tersebut diselimuti Di lapisan lemak (envelope) atau tidak. Informasi genetik Patogen corona berada Ke untaian RNA positif sepanjang 30.000 nukleotida, salah satu genom terbesar Di Di Patogen RNA. Genom ini dilindungi Di lapisan envelope.
Partikel Patogen corona terdiri Di empat protein struktural utama:
- N (nukleokapsid): membungkus RNA genom.
- S (spike/duri): menonjol keluar Di envelope dan memberi Patogen bentuk seperti mahkota.
- M (membran) dan E (envelope): terintegrasi Untuk envelope lipid.
Protein S memainkan peran penting Untuk proses Penyakit Menyebar Lantaran berfungsi mengenali reseptor sel inang dan memungkinkan Patogen masuk Di Untuk sel Sebagai mereplikasi diri. Maka Itu, protein ini menjadi target utama Untuk Pembuatan Imunisasi COVID-19.
6. Varian COVID-19
Dikutip Di Yale Medicine, satu hal yang pasti tentang SARS-CoV-2, Patogen penyebab COVID-19, adalah sifatnya yang terus berubah. Dari awal Wabah Dunia, kita telah melihat sejumlah varian menonjol, termasuk Alpha, Beta, Delta, dan Omicron.
Kendati kemunculan varian Terbaru merupakan Pada alami Di evolusi Patogen, pemantauan Pada setiap varian yang muncul tetap sangat penting. Hal ini bertujuan agar dunia selalu Untuk Situasi siap siaga.
Pemantauan menjadi Lebihterus krusial jika varian Terbaru tersebut terbukti lebih agresif, lebih mudah menular, kebal Pada Imunisasi, menyebabkan Tanda lebih parah, atau Justru Memiliki semua karakteristik tersebut dibandingkan varian asli Patogen.
Organisasi Keadaan Dunia (WHO) Memberi nama Ke varian Terbaru Patogen corona menggunakan huruf-huruf Di alfabet Yunani, dimulai Di varian Alpha yang muncul Ke tahun 2020.
(suc/suc)
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: 6 Fakta Menarik Perhatian Di Balik Struktur SARS-CoV-2, Patogen Corona Penyebab COVID-19